Kitab al-Manzhumah al-Baiquniyyah fi Musthalah al-Hadith

  • Judul Kitab : al-Manzhumah al-Baiquniyyah fi Musthalah al-Hadith (المنظومة البيقونية في مصطلح الحديث)

  • Pengarang : Imam al-Baiquni (البيقوني)

  • Nama Lengkap Penulis : Taqiyuddin ‘Umar bin Muhammad al-Baiquni ad-Dimasyqi

  • Asal Penulis : Damaskus, Syam (Suriah)

  • Bidang Kajian : Ilmu Musthalah al-Hadith (terminologi dan klasifikasi hadis)

  • Jumlah Bait : 34–36 bait

  • Abad Penulisan : Sekitar abad ke-11 H / 17 M

    Kitab pengantar (matan ringkas) dalam ilmu hadis, populer di dunia Islam dan digunakan di berbagai pesantren, madrasah, serta fakultas ushuluddin dan hadis. Kitab ini diberi penjelasan oleh beberapa ulama. diantaranya:

    • Taysīr al-Qādir al-Ma‘būd fī Syarh Manzhūmah al-Baiqūniyyah karya Syaikh Muhammad bin Sāliḥ al-‘Utsaimin

    • Syarh al-Manzhūmah al-Baiqūniyyah karya Syaikh Muhammad ‘Abdul Karim al-Baqarī

    • al-Taqrīb wa al-Taysīr li Fahm al-Manzhūmah al-Baiqūniyyah karya Dr. Mahmud al-Tahhān

Kitab al-Baiquniyyah merupakan salah satu matan klasik dalam disiplin ‘Ulūm al-Hadīth (ilmu hadis) yang sangat populer di kalangan pelajar Muslim. Imam al-Baiquni menyusun kitab ini dalam bentuk nazam (puisi berirama dan berbahar) agar mudah dihafal, diingat, dan diajarkan. Tradisi menulis ilmu dalam bentuk nadham sangat umum di dunia Islam klasik karena memudahkan para penuntut ilmu untuk menguasai kaidah-kaidah dasar secara sistematis dan menarik.

Tujuan utama penyusunan kitab ini adalah memberikan ringkasan padat tentang berbagai jenis hadis dan istilah-istilah penting dalam ilmu musthalah, mulai dari hadis shahih, hasan, dha‘if, hingga bentuk-bentuk periwayatan seperti musnad, muttashil, mursal, dan sebagainya. Dengan hanya sekitar tiga puluh lebih bait, al-Baiquni berhasil merangkum struktur dasar ilmu hadis yang sebelumnya dijelaskan secara luas dalam kitab besar seperti Muqaddimah Ibn Shalah, Tadrīb al-Rāwī karya as-Suyuthi, dan Nukhbah al-Fikar karya Ibn Hajar al-‘Asqalani.

Karena ringkas dan padat, kitab ini menjadi tahapan awal (matan dasar) bagi pelajar yang baru memulai studi hadis sebelum melanjutkan ke kitab-kitab syarah dan karya besar lainnya.

Struktur dan Sistematika Isi Kitab

Kitab al-Manzhumah al-Baiquniyyah terdiri dari sekitar 34–36 bait nazam dalam bentuk bahar rajaz (pola ritme puisi Arab yang sederhana dan mudah diingat). Struktur isinya mencakup pembukaan, definisi umum, klasifikasi hadis berdasarkan kriteria sanad dan matan, hingga penutup. Secara umum, isinya dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian berikut:

Pendahuluan (Muqaddimah)

Pada bagian awal, al-Baiquni membuka nazamnya dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Rasulullah SAW, serta pernyataan niat untuk mempermudah pemahaman ilmu hadis. Beliau menyebut bahwa kitab ini ditulis dalam bentuk nazam agar lebih mudah dihafal dan difahami oleh penuntut ilmu.

Definisi Umum Hadis dan Cabang Ilmunya

Al-Baiquni menjelaskan secara ringkas pengertian hadis dan istilah-istilah yang berkaitan dengannya, seperti khabar dan atsar, serta tujuan utama ilmu musthalah yaitu mengenali derajat hadis dari sisi penerimaan dan penolakannya.

Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Sanad

Bagian ini merupakan inti dari kitab. Di dalamnya, al-Baiquni menjelaskan jenis-jenis hadis secara berurutan sebagai berikut:

  • Hadis Shahih: Hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit (kuat hafalan), serta tidak mengandung cacat (‘illat) dan kejanggalan (syudzudz).

  • Hadis Hasan: Mirip dengan shahih, namun tingkat kedhabitannya sedikit di bawahnya.

  • Hadis Dha‘if: Hadis yang tidak memenuhi syarat shahih atau hasan, karena ada kelemahan pada sanad atau perawinya.

  • Hadis Musnad: Hadis yang sanadnya bersambung sampai kepada Nabi SAW.

  • Hadis Muttashil: Hadis yang sanadnya bersambung tanpa terputus dari perawi pertama hingga terakhir.

  • Hadis Mursal: Hadis yang sanadnya terputus pada tabi‘in yang meriwayatkannya langsung dari Nabi SAW tanpa menyebut sahabat.

  • Hadis Munqathi‘: Hadis yang terputus sanadnya di tengah-tengah, bukan pada tabi‘in.

  • Hadis Mu‘dhal: Hadis yang hilang dua perawi atau lebih secara berurutan dalam sanad.

  • Hadis Mu‘allaq: Hadis yang gugur satu atau lebih perawi dari awal sanad.

Jenis Hadis Berdasarkan Cacat, Tambahan, dan Keserupaan

Al-Baiquni juga membahas jenis hadis dari sisi kejanggalan dan keutuhan sanad, seperti:

  • Hadis Mudallas (perawi menyembunyikan sumber aslinya),

  • Hadis Mudraj (tambahan kalimat dari perawi yang bukan bagian dari matan asli),

  • Hadis Syādz (riwayat yang bertentangan dengan riwayat lain yang lebih kuat),

  • Hadis Maqlūb (sanad atau matannya tertukar),

  • Hadis Mawqūf (ucapan sahabat),

  • Hadis Maqṭū‘ (ucapan tabi‘in),

  • dan Hadis Marfū‘ (disandarkan langsung kepada Nabi SAW).

Jenis Hadis Berdasarkan Kuantitas Perawi

Di bagian selanjutnya, al-Baiquni menguraikan hadis dari segi jumlah periwayatnya:

  • Mutawātir: diriwayatkan oleh banyak perawi yang mustahil bersepakat berdusta.

  • ‘Azīz: diriwayatkan oleh dua perawi atau lebih dalam setiap tingkatan sanad.

  • Gharīb: diriwayatkan oleh satu perawi saja dalam satu tingkatan sanad.

Al-Baiquni juga menyinggung istilah-istilah lain seperti hadis Mudabbaj, hadis Musalsal, serta hadis ‘Ali dan Nazil yang menilai tinggi atau rendahnya sanad dari segi jarak dengan Rasulullah SAW.

Nazam ditutup dengan doa dan harapan agar karya kecil ini bermanfaat bagi para penuntut ilmu hadis dan menjadi pintu masuk untuk memahami ilmu yang lebih mendalam.

Gaya Penulisan dan Ciri Khas

Kitab al-Baiquniyyah memiliki gaya penulisan yang padat, ritmis, dan mnemonik. Setiap bait memuat satu konsep pokok ilmu hadis yang bisa dihafal dengan mudah. Misalnya:

والصَّحِيحُ مُسْنَدٌ يَتَّصِلُ
إِسْنَادُهُ وَيَرْوِيهِ عَدْلٌ ضَابِطٌ عَنْ مِثْلِهِ

Terjemahan:
Hadis shahih adalah hadis musnad yang sanadnya bersambung; diriwayatkan oleh perawi yang adil dan kuat hafalannya dari perawi yang sepadan dengannya.

Dengan gaya ringkas ini, al-Baiquni berhasil memadatkan teori luas ilmu hadis menjadi bait-bait yang sistematis, menjadikannya sangat efektif sebagai kitab hafalan dasar sebelum memahami kitab-kitab syarah dan penjelasan yang lebih luas.

Kedudukan dan Relevansi Kitab

Kitab al-Manzhumah al-Baiquniyyah menempati posisi penting dalam tradisi pembelajaran ilmu hadis klasik. Di banyak pesantren dan lembaga Islam, kitab ini diajarkan setelah pelajar menguasai dasar ilmu alat seperti nahwu dan sharaf.

Relevansinya tetap tinggi hingga kini karena:

  1. Menyediakan kerangka konseptual dasar ilmu hadis dalam format yang mudah dihafal dan diajarkan.

  2. Menjadi pintu masuk menuju kitab-kitab hadis besar, seperti Nukhbah al-Fikar, Tadrīb al-Rāwī, dan Muqaddimah Ibn Shalah.

  3. Menjaga tradisi sanad keilmuan Islam, karena metode nadham memudahkan guru dan murid menjaga kesinambungan transmisi ilmu hadis dari generasi ke generasi.

  4. Relevan dalam pendidikan modern, karena banyak lembaga tinggi Islam (termasuk universitas Islam di Indonesia) menjadikannya referensi awal dalam mata kuliah ‘Ulūm al-Hadīth.


Kesimpulan

al-Manzhumah al-Baiquniyyah karya Imam al-Baiquni adalah permata kecil dalam khazanah ilmu hadis — ringkas namun padat makna, sederhana namun mendalam. Kitab ini menjadi bukti kejeniusan ulama klasik dalam menyusun ilmu dalam bentuk nadham agar mudah dipelajari lintas zaman.

Melalui bait-baitnya yang singkat, al-Baiquni mengajarkan prinsip dasar klasifikasi hadis, kaidah sanad dan matan, serta konsep validitas riwayat yang menjadi fondasi kritik hadis. Hingga kini, kitab ini terus digunakan sebagai bahan ajar utama di dunia Islam, termasuk di Indonesia, baik di pesantren tradisional maupun perguruan tinggi Islam.

Dengan pendekatan yang memadukan keindahan bahasa dan ketepatan ilmiah, al-Baiquniyyah menjadi karya abadi yang menuntun penuntut ilmu untuk mengenal jalan para muhadditsin, sekaligus membuka pintu menuju pemahaman hadis Nabi SAW secara ilmiah dan beradab.

Leave a Reply